Konsep Eco Bamboo Park, Cerita Guru SMA 1 Magetan Saat Berada di Jepang

MAGETAN | INTIJATIM.ID – Mendengar ada rencana pemerintah bakal membuat Ecowisata Bamboo Park di Magetan, menciptakan opini masyarakat pro dan kontra terkait isu lingkungan tersebut.

Salah satunya, Eko Adri Wahyudiono, seorang Guru SMA Negeri 1 Magetan, dengan berbagi pengalaman saat berkunjung ke Hutan Bambu Arashiyama, Kyoto, Jepang. Guru Bahasa Inggris ini menulis pengalamanya dalam rubrik opini, Kompasiana, pada Rabu (28/6) kemarin.

Eko mengatakan, lokasi hutan bambu di Jepang tersebut berada di Desa Sagano sebelah barat Kota Kyoto. Destinasi wisata itu bisa ditempuh dengan bus atau kereta api dari Stasiun Saga ke Arashiyama. Pun, disambut pintu gerbang Jembatan Togetsukyo yang membentang di atas sungai Katsura.

Menurutnya, ada beberapa konsep yang bisa ditiru dari hutan bambu Arashiyama di Jepang.

“Kita tidak perlu minder bila meniru atau mengadopsi konsep dunia pariwisata dari negara lain. Namun harus tetap mengedepankan kepribadian dan karakter luhur bangsa kita sendiri,” ujarnya.

Dikata Eko Adri Wahyudiono, konsep destinasi hutan bambu di Magetan adalah artificial alias buatan, sedangkan Arashiyama di Jepang sangat natural (alam).

“Jenis pohon bambunya pun homogen, yakni Bambu Moso (Phyllostochys edulis). Sedangkan jenis pohon bambu kita heterogen atau beragam. Seperti bambu ampel, petung, apus, gendang dan lainnya,” jelas Guru bahasa inggris tersebut.

Untuk ornamen bangunannya, Eko menyebut, di hutan bambu Arashiyama masih terjaga orisinalitasnya, seperti bangunan rumah kayu masa Jepang kuno.

“Katanya, rencana di Magetan akan dibangun lebih modern, seperti tower pandang, tempat ibadah, water boom, embung, camping ground, homestay dan fasilitas lainnya,” kata Eko Adri Wahyudiono, Kamis (29/6).

Disana, lanjut Eko, masyarakat setempat juga terlibat di dalam destinasi wisata hutan bambu di Jepang. Sehingga, para pengunjung merasa nyaman dan ikut menjadi bagian untuk berperan aktif layaknya warga setempat.

“Konsep ini layak dan harus ditiru oleh Magetan,” ungkapnya.

Konsep pengembangan produk kerajinan khas bambu dan souvenir di Arashiyama juga mampu menambah pendapatan asli daerah (PAD) di Kyoto. Untuk itu, kata Eko, Magetan harus proaktif dalam prospek kuliner serta produk unggulannya, dan harus bisa mengambil kesempatan dalam peningkatan perekonomian warga Magetan.

“Dampak yang akan didapat dalam jangka pendek, Ekoeduwisata di Magetan akan menambah pendapatan individu dan masyarakat dari hasil produk unggulannya. Seperti kuliner dan souvenir di tempat wisata hutan bambu di Magetan,” paparnya.

Sedangkan jangka menengah dan panjangnya, selain meningkatkan pendapatan asli daerah, juga bisa mengangkat nama Magetan sebagai destinasi wisata unggulan, baik regional maupun nasional,” pungkasnya. (Red)

Loading

Leave a Reply