Konservasi Perawatan Koleksi Fosil di Museum Trinil Ngawi

NGAWI | INTIJATIM.ID – Dalam upaya pelestarian warisan prasejarah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi, bekerja sama dengan Museum Manusia Purba Sangiran, menggelar kegiatan konservasi koleksi fosil di Museum Trinil. Tepatnya di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, dari 14 hingga 18 Juli 2025 yang melibatkan enam orang tim konservasi dari Unit Museum dan Cagar Budaya Sangiran. Selasa (15/7/2025).

Nina Iswati, Konservator sekaligus penanggung jawab kegiatan Museum Manusia Purba Sangiran, menjelaskan bahwa, konservasi dilakukan melalui lima tahapan utama yaitu, persiapan awal (rekam data), pembersihan, penanganan teknis, dokumentasi akhir, dan penutupan.

“Fokus utama kami di awal adalah pendataan kondisi fisik fosil untuk menentukan metode konservasi yang paling sesuai,” ujarnya.

Pada hari pertama, kata Nina, tim memulai dengan tahap Persiapan dan Rekam Data Awal, yang meliputi penataan ruang kerja di area penyimpanan (storage), pengecekan peralatan, dan dokumentasi kondisi awal fosil menggunakan latar biru sebagai pembeda visual.

“Tim juga menyortir koleksi prioritas, dengan target penanganan sebanyak 100 fosil selama lima hari,” jelasnya.

Selain itu, berbagai metode konservasi jugamulai diterapkan. Pembersihan dilakukan secara kering dan basah, disesuaikan dengan tingkat kerusakan pada masing-masing fosil. Proses ini juga mencakup penguatan struktur (konsolidasi) serta penyambungan bagian retak atau lepas (rekonstruksi ringan).

“Setiap tahap dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak struktur alami fosil, target kami 100 fosil bisa kita tangani,” ungkap Nina.

Selanjutnya, pada tahap Percepatan Konservasi dan Evaluasi Sementara, koleksi yang telah melalui proses konservasi kembali didokumentasikan. Tahapan ini menggunakan latar merah sebagai penanda pasca-treatment.

Nina juga menambahkan, bahwa tahap akhir adalah Finishing dan Dokumentasi Akhir. Artinya, tim melakukan pengemasan ulang (repacking), memasukkan data ke dalam basis data konservasi, serta melakukan pengecekan kualitas hasil pekerjaan. Hal ini juga dikoordinasikan dengan pengelola Museum Trinil untuk perencanaan konservasi lanjutan.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari integrasi pengelolaan koleksi Museum Trinil. Setelah konservasi, minggu depan akan dilanjutkan dengan kegiatan inventarisasi untuk pendataan sistematis,” papar Nina, (15/7).

Ia juga berharap, kegiatan konservasi ini bisa menjaga koleksi fosil Museum Trinil agar memiliki umur simpan lebih panjang. Pun, memberikan nilai ilmiah dan edukatif bagi generasi mendatang.

“Tujuan konservasi adalah menjaga keberlanjutan nilai koleksi. Jika fosil-fosil ini dirawat dengan baik, maka anak cucu kita masih bisa belajar dari mereka di masa depan,” pungkasnya. (Mei/IJ)

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!