Tradisi Methil Pari Jadi Ikon Budaya Pertanian di Ngawi

NGAWI | INTIJATIM.ID – Sebagai daerah lumbung pangan nasional, Kabupaten Ngawi terus menunjukkan eksistensinya melalui pelestarian tradisi pertanian. Salah satunya adalah tradisi methil pari yang kini diangkat menjadi ikon budaya pertanian khas Ngawi.

Kegiatan ini mengusung tema “Ngunduh Wohing Pakarti”, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh para petani. Desa Jambangan, Kecamatan Paron, menjadi lokasi perayaan panen raya tahun ini.

Acara tersebut diawali dengan syukuran bersama, di mana para petani membawa berkatan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hadir pula jajaran Forkopimda Kabupaten Ngawi yang kemudian mengikuti prosesi methil pari secara simbolis.

Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, memberikan apresiasi tinggi kepada para petani dan kelompok tani (gapoktan) atas komitmennya menjaga tradisi di tengah modernisasi pertanian.

“Tradisi methil pari ini adalah wujud ukhuwah budaya gotong royong sekaligus cermin jati diri Ngawi sebagai lumbung pangan nasional,” ujarnya, Senin (4/8/2025).

Selain itu, Ony juga menyampaikan bahwa dari total 50 ribu hektare lahan pertanian di Ngawi, sebanyak 22 ribu hektare sudah masuk Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB).

“Target kita 25 ribu hektare di akhir tahun 2025,” tegas Bupati Ony.

Ia menambahkan, Pemkab Ngawi ingin mengembalikan ekologis tanah, terinspirasi dari program Revolusi Hijau era Presiden Soeharto. Salah satunya membatasi penggunaan pupuk kimia hanya 200 kilogram per hektare.

Disisi lain, masalah hama seperti tikus juga menjadi perhatian serius. Ony mengimbau kepada masyarakat untuk tidak lagi menggunakan jebakan listrik, yang telah memakan korban jiwa.

“Kami dorong pemanfaatan Rubuha (Rumah Burung Hantu), penggunaan pupuk organik dari urin kambing dan kelinci, serta kembali ke tradisi gropyokan tikus, yang selama ini sudah menjadi budaya petani Ngawi,” tandasnya. (Mei/IJ)

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!