NGAWI | INTIJATIM.ID – Parni warga kartoharjo Ngawi yang berprofesi sebagai penjual sayur keliling rela antri demi dapatkan beras SPHP (Stabilitas Pasokan Harga Pangan). Wanita baruh baya ini mengaku, sudah 3 kali tidak pernah kebagian beras yang dikeluarkan oleh Bulog.
“Tiga kali antri selalu kehabisan, jadi ini tadi saya berangkat pagi. Kalau beli disini tidak perlu pake fotocopy KTP, beda kalau di pasar Besar Ngawi, beli beras harus pake fotocopy KTP,” ujarnya, Jumat (01/03/2024).
Parni juga belum menjajakan dagangannya demi mendapatkan beras murah dengan harga 52.000 ini. Padahal, ada beberapa macam beras yang ditawarkan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian di Jumpa Sarah (Jumat Pagi Gelar Pasar Pangan Murah).
Namun demikian, warga lebih memilih beras SPHP karena harganya terpaut 20 ribu. Menurutnya, rasa beras SPHP juga tidak jauh beda dengan beras produksi Gapoktan ramah lingkungan.

“Uang 20 ribu bisa untuk beli lauk. Kalau beli beras mahal, nanti gak bisa beli lauk, dan rasanya juga tidak jauh beda,” ungkap Parni.
Sementara, saat dikonfirmasi Supardi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi mengatakan, Kegiatan Jumpa Sarah digelar setiap hari Jumat.
“Ini merupakan bentuk kepedulian para Gapoktan, petani milenial dan distributor, untuk ikut memberikan harga yang terjangkau,” jelasnya.
Terpisah, Kabid Ketersediaan dan Stabilitasi Harga DKPP Ngawi, Ayu membenarkan perihal masyarakat lebih memilih beras SPHP ketimbang beras dari Gapoktan.
“Alasannya, ya memang lebih murah dan tadi kita sediakan 1.5 ton, itu pun ludes dalam hitungan menit karena warga sudah antri sejak jam setengah 6 pagi,” pungkasnya. (Mei)