BRIDA Jatim Apresiasi Inovasi Pasar Jadul Ahad Legi Bukan Sekadar Konsep

NGAWI | INTIJATIM.ID – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Jawa Timur mengapresiasi inovasi nyata yang dikembangkan di Desa Tawun, Kabupaten Ngawi. Apresiasi ini disampaikan langsung oleh Kepala BRIDA Jatim, Dr. Andriyanto, saat melakukan verifikasi lapangan dalam rangka penilaian Inotech Award Jawa Timur 2025.

Kabupaten Ngawi berhasil masuk sebagai salah satu dari enam besar nominasi ajang penghargaan inovasi tersebut. Melalui inovasi Pa’ Doel Ning Kono Mas (Pasar Jadoel Meningkatkan Ekonomi Masyarakat) yang digagas oleh Wiwien Purwaningsih Kadin Disparpora Ngawi, Desa Tawun menjadi sorotan utama karena inovasinya yang tidak hanya berbentuk konsep, tetapi telah memberikan dampak konkret bagi masyarakat.

“Inovasi yang biasa kami temui umumnya masih dalam bentuk konsep. Namun, apa yang dilakukan di Kabupaten Ngawi, khususnya di Desa Tawun, benar-benar nyata dan konkrit,” ungkap Dr. Andriyanto dalam kunjungannya, pada Minggu (13/7/2025).

Menurutnya, inovasi yang layak diapresiasi harus memberi manfaat minimal sebesar 57 persen dan Pasar Jadoel Ahad Legi dinilai berhasil memenuhi kriteria tersebut melalui berbagai program yang mendorong pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat dan UMKM.

“Inovasi di Desa Tawun ini berangkat dari kajian mendalam, seperti pemanfaatan hutan bambu dan pelestarian kuliner tradisional. Ini adalah bentuk nyata dari kata ‘inovasi’ yang sebenarnya. Di sini, inovasi berarti kesejahteraan,” lanjut Andriyanto.

Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mengungkapkan, Pasar Jadoel Ahad Legi ini, lahir sebagai respons atas dampak pandemi COVID-19 yang digagas sebagai bentuk pemulihan sektor ekonomi kreatif melalui sinergi antara pemerintah desa, pemerintah daerah, dan elemen masyarakat seperti karang taruna serta mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

“Dari semula hanya Rp200–250 juta, kini mencapai Rp1 miliar per tahun, dengan pendapatan berkisar antara Rp30–40 juta per event,” jelasnya.

Ony berharap, keberlanjutan program harus dijaga serius, termasuk pelestarian ekosistem Bulus Tawun yang menjadi ikon kawasan dan inovasi serupa dapat direplikasi di desa-desa lain.

“Sudah banyak desa mulai mengembangkan konsep serupa. Inovasi seperti ini layak ditiru. Semoga Kabupaten Ngawi bisa tampil maksimal dalam penilaian Inotech Award,” paparnya.

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Ngawi, Wiwien Purwaningsih, turut menyambut baik kunjungan BRIDA Jatim. “Kami sudah memaparkan di Surabaya, dan kini verifikasi lapangan ini untuk penilaian Inotech Award yang bertepatan dengan momentum peringatan Hari Jadi Ngawi ke 667,” ungkapnya.

Menurut Wiwien, keunggulan Pasar Jadul Ahad Legi adalah multi kolaborasi dan multi effect yang melibatkan pemerintah desa, karang taruna, Dimas Diajeng Ngawi, serta lintas organisasi perangkat daerah seperti DPMPTSP, Dispendukcapil, dan Dinas Perpustakaan.

“Kini Pasar Jadul telah menjadi ikon Ngawi yang mampu menarik keramaian, sekaligus dimanfaatkan untuk pelayanan publik. Selain itu, kegiatan ini juga menyatu dengan budaya lokal karena Desa Tawun merupakan desa budaya, yang mengutamakan pelibatan pedagang lokal,” tutup Wiwien. (Mei/IJ)

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!