Hasil Survey CPCS : Muncul 3 Kandidat Capres dan Cawapres, Elektabilitas Gerindra Terus Naik

JAKARTA | INTIJATIM.ID – Mencuatnya pendeklarasian 3 (tiga) kandidat Capres dan Cawapres baru-baru ini, elektabilitas Partai Gerindra merangka naik.

Hasil survei Center for Political Communication Studies (CPCS) terbaru menunjukkan elektabilitas Partai Gerindra naik mencapai 16,8 persen, tepaut hanya 0,5 persen dari PDI Perjuang dengan angka @7,3 persen.

“Berdasarkan hasil survei di periode yang sama, elektabilitas PDIP cenderung stagnan sejak bulan April 2023. Justru Gerindra terus mengalami kenaikan,” kata peneliti senior CPCS Hatta Binhudi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (4/9/2023).

Menurut Hatta, stagnannya elektabilitas PDIP merupakan imbas dari rebound Ganjar Pranowo pasca deklarasi capres. “Pak Ganjar maupun PDIP tidak mengalami penguatan secara signifikan, setelah lima bulan deklarasi pencapresan,” ungkapnya.

Dikatakan Hatta, publik masih menyoroti sikap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster, lantara menolak kehadiran tim Israel pada Piala Dunia U20. Dua kepala daerah tersebut sama-sama dar kader PDI Perjuangan

“Dipercepatnya deklarasi, hanya mencegah penurunan elektabilitas Ganjar maupun PDIP pasca merebaknya sentimen negatif dari publik,” jelas Hatta.

Sebaliknya, kata Hatta, Gerindra yang telah menikmati berkah coattail effect (kemampuan seorang calon presiden untuk mendatangkan pendukung) dari terus naiknya elektabilitas Prabowo.

“Naiknya elektabilitas Gerindra mengancam tekad PDIP untuk mencetak hattrick atau menang pemilu tiga periode berturut-turut,” tegasnya.

Selain itu, elektabilitas Prabowo terus naik setelah diikuti partai-partai besar untuk bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), yaitu Golkar dan PAN. Semula, Prabowo hanya didukung oleh Gerindra dan PKB yang tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Sedangkan Ganjar hanya didukung oleh PDIP dan PPP, dan sisanya partai-partai non-parlemen. PPP yang sebelumnya bersama Golkar dan PAN tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memilih mendukung Ganjar.

Dinamika ini terjadi di tubuh Koalisi Perubahan yang mengusung pencapresan Anies Baswedan. Sehingga Demokrat memutuskan mundur setelah Anies memilih Muhaimin Iskandar sebagai pasangan cawapresnya.

Namun demikian, masuknya Cak Imin ke kubu Anies, otomatis PKB keluar dari KIM dan merapat ke Nasdem. Deklarasi Anies-Cak Imin di Surabaya yang hanya diikuti petinggi PKB dan Nasdem. Muncul dugaan, bahwa PKS bakal mengikuti jejak Demokrat keluar dari koalisi Anies.

“Untuk sementara peta pencapresan dan koalisi partai menunjukkan potensi terbentuknya tiga pasangan capres-cawapres,” tutup Hatta.

Sebagai informasi, survei CPCS dilakukan pada 21-27 Agustus 2023 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang, mewakili 34 provinsi, dan diwawancarai secara tatap muka. Sedangkan metode survei menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Red)

Sumber : siberindo.co

Loading

Leave a Reply