NGAWI | INTIJATIM.ID – Ada yang menarik dari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Desa Jatigembol Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Sejarah yang dikumpulkan pinisepuh atau tetua yang babat alas ini, Desa Jatigembol dulunya merupakan alas yang tumbuh pohon jati rindang dan banyak akar yang menempel (gembol) sehingga dinamai Jatigembol.
Ada tempat keramat di Desa Jatigembol tersebut yaitu, Sendang Sumberagung dengan filosofi macan putih dan Punden Jatigembol dengan filosofi macan hitam.
Untuk memperingati sejarah Desa Jatigembol, masyarakat setempat membawa arak arakan (kirab) macan putih dan macan hitam yang dibawa menuju lapangan Desa Jatigembol Ngawi.
Menurut Kepala Desa (Kades) Jatigembol Budi Sulisyonarko, kegiatan yang digelar 2 hari dari Kamis-Jumat (22-23 Agustus 2024), merupakan rentetan acara yang diawali dari kirab macan kembar, prosesi netel jadah bareng bareng dan puncaknya pagelaran ketoprak Mukti Budoyo yang menampilkan sejarah asal usul nama Jatigembol nanti malam.
“Intinya kegiatan ini untuk memperkenalkan budaya desa kepada masyarakat lebih luas, mencari sisi sejarah Desa Jatigembol dari sisi supranatural. Meski dari arsip kami tak mempunyai, namun dari segi pengalian info tokoh pinisepuh kami rangkai dan kami sandingkan dalam wujud seni budaya nyawiji dadi siji, dan masyarakat Jatigembol yang punya keahlian membuat jenang atau jadah sehingga identik sebagai produk unggulan,” terangnya.
Budi menjelaskan, warga desa juga akan menyajikan jadah atau jenangan yang diolah dari 60 kilogram bahan ketan, yang akan ditetel oleh 17 orang dan disuguhkan kepada masyarakat yang melihat ketoprak nanti malam.
Ia berharap, kedepan Desa Jatigembol bisa menjadikan jenangan (jadah) sebagai produk unggulan UMKM asli desa Jatigembol, sehingga dengan peran pemerintah desa memfasilitasi keahlian masyarakat bisa tumbuh pedagang atau home industri.
“Semoga melahirkan pengusaha rumahan dibidang makanan khususnya jadah Jatigembol,” tandasnya. (Mei)
