Sering Bersikap Arogan, Siapa Sebenarnya Kepala Puskesmas Ngawi Kota?

NGAWI | INTIJATIM.ID – Beberapa informasi menyebut, dr. Arvika sering mengancam bawahannya. Seperti yang disampaikan Haerudin saat dikonfirmasi usai istrinya mengalami sesak nafas dan pingsan setelah dibentak Kepala Puskesmas Ngawi, dan saat ini masih dirawat intensif di RSUD Ngawi.

“Ketakutan istri saya itu sering diancam, gak hanya istri saya saja yang mengalami tapi juga pegawai yang lain, kayae dulu di puskesmas Jogorogo dan Teguhan saya denger juga sering marah,” terang Haerudin, pada Sabtu (1/3/25).

Selain itu, pensiunan TNI ini justru mendengar cerita ini dari teman istrinya. Ia menuturkan, bahwa istrinya sangat tertutup soal pekerjaan.

“Istri saya ini kebetulan menjadi pengurus haji 3 kali beliau ini sering mewakili juga untuk lomba puskemas. Kata temen istri saya, dr. Arvika sering bilang jangan sampai pena ini yang berbicara, maksudnya dikasih SP untuk pindah,” terang Haerudin suami korban.

Tak pelak, Haerudin sempat ragu untuk memblow up ke media, lantaran takut kalau istrinya dipindah.

“Tinggal 4 tahun istri saya pensiun, Dr. Arvika ini merasa orangtuanya punya power, satunya anggota dewan Ngawi satunya kades di kecamatan Kedunggalar sana,” ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Dr. Arvika menampik bahwa Ia melakukan hal tersebut, “Saya memang sering marah ke anak buah tapi saya lakukan ini karena saya tegas kepada bawahan saya ingin semuanya baik, masak saya mendisiplinkan anak buah dikira saya arogan,” sanggah dr. Arvika, Kepala Puskesmas Ngawi Kota. Senin (3/3/25).

Ia pun membenarkan soal pena yang berbicara, “Maksud saya itu jangan sampe saya membubuhkan pena saya, pena ini yang berbicara, saya beri SP sesuai regulasi maksudnya gitu, bukan berarti saya mengancam,” tambahnya.

Mengenai informasi di puskesmas lain, kepala puskesmas yang baru menjabat itu menyebut di Puskesmas Jogorogo dan Teguhan banyak masalah, Dia sebagai atasan mendisiplinkan.

“Waktu itu pemuka agama di Jogorogo enggan priksa ke puskesmas Jogorogo dan itu berbicara di forum, katanya enggan berobat di puskesmas Jogorogo lantaran pelayanannya buruk. Saya sampai nyamar ke desa dan warung- warung untuk menggali informasi, makanya saya tegas ke bawahan. Bagi saya, hal itu biasa gak tau kalau mereka menganggap saya arogan,” jelas dr. Arvika.

Kalau di puskesmas Teguhan, lanjutnya, ada salah satu keluarga pasien yang tidak terima dan lapor polisi. “Kebetulan itu pegawai puskesmas saya, cuma waktu itu gak ada kaitannya dengan saya,” timpalnya. (Mei)

Loading

Leave a Reply