NGAWI | INTIJATIM.ID – Proyek pembangunan desa di Dusun Dungmiri, Desa Karangjati, Kabupaten Ngawi, menjadi sorotan setelah diketahui menggunakan alat berat untuk menggali tanah. Pelaksanaanya pun tanpa papan nama proyek sebagai transparansi sebagaimana diatur dalam aturan keterbukaan informasi publik.
Dari pantauan di lapangan, aktivitas pengerjaan proyek tersebut telah berlangsung sekitar satu minggu di dua titik lokasi. Salah satu warga, Eko, saat dimintai keterangan membenarkan adanya proyek desa tersebut.
“Ya itu proyek desa, tapi untuk anggarannya berapa kita warga ya gak tau. Sudah mulai semingguan yang lalu, itu kayaknya ada dua titik. Coba tanya bayan Santoso,” terangnya, Sabtu (26/4/2025).
Saat dikonfirmasi, perangkat desa bernama Santoso membenarkan bahwa papan transparansi proyek memang belum terpasang.
“Saya belum sempat, masih repot semua. Pak Kasun Dungmiri sebenarnya sudah saya ingatkan suruh masang, tapi mungkin lupa. Padahal sudah ada di pojok balai desa, lengkap dengan prasastinya,” jelas Santoso.
Selain itu, Ia juga menyebutkan bahwa, penggunaan alat berat dalam proyek tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB), dengan menggunakan metode padat karya atau tenaga manusia. Biaya penggunaan alat berat disebut mencapai Rp 2 juta.
Menurut Santoso, penggunaan alat berat lantaran tidak adanya anggaran K3(keselamatan dan kesehatan kerja) bagi para pekerja di lapangan.
“Nah, kan jadi masalah. Sebenarnya saya ini sudah gak mau kalau pakai bego, ya takutnya jadi masalah. Saya panggil saja Katur ke sini biar jelaskan. Saya ini sudah berusaha baik, lurus, tapi gimana ini, namanya orang banyak pasti ada yang cari keuntungan,” jelasnya.
Santoso juga menyebutkan bahwa, proyek yang dikerjakan oleh Katur tersebut memiliki nilai anggaran masing-masing Rp21 juta dan Rp26 juta di dua titik berbeda.
“Aslinya di RAB pakai tenaga manusia, ini karena ia ingin dapat keuntungan di situ. Tapi sudah, tolong jangan diperpanjang,” tambahnya.
L
Sementara itu, Katur yang diketahui sebagai pemilik alat berat, mempertanyakan legalitas kedatangan awak media. “Mana surat tugas masuk ke desa? Kenapa tahu pengerjaan tidak disalahkan dari awal?,” ujar Katur dengan nada tinggi.
Ia berdalih penggunaan alat berat dilakukan karena medan proyek yang sulit dan akan memakan waktu lama jika dikerjakan secara manual. “Ya saya jelaskan, ini kemarin karena sulit, dan jika pakai tenaga manusia bisa sebulan itu. Makanya efisiensi biaya pakai bego,” terangnya. (Mei)
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Dungmiri belum bisa dikonfirmasi. (Mei)