NGAWI | INTIJATIM.ID – Di antara bau menyengat dan tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Selopuro, sosok wanita tangguh bernama Kati (60 tahun) tampak sibuk mengais plastik bekas. Dengan seutas kawat kecil yang diikatkan pada batang kayu, ia menyusuri gunungan limbah setiap hari tanpa mengeluh.
Kati adalah satu di antara puluhan wanita perkasa yang menggantungkan hidup dari memilah sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Tangan keriputnya tak henti mengorek, mencari barang-barang daur ulang yang bisa dijual ke pengepul. Meski usia senjanya sudah melewati lima dasawarsa, semangat Kati seolah tak pernah padam.
Sejak pukul 07.00 pagi hingga 18.00 sore, ia berjibaku dengan panas menyengat, bau tak sedap, dan risiko kesehatan yang mengintai. Namun semua itu tak pernah jadi alasan untuk berhenti.
“Meski panas, saya tetap kerja. Namanya juga nyari makan,” ujarnya sambil tersenyum kecil. Rabu (18/06/25)
Sebelum menekuni pekerjaan ini, Kati sempat bekerja di daerah Sidowayah Ngawi. Namun setelah berhenti, ia memilih mengais rezeki dari sampah, profesi yang dianggap banyak orang tak layak. Namun bagi Kati, ini adalah sumber kehidupan.
“Nantinya pengepul datang ke sini. Hasilnya gak tentu juga, karena di sini kan tempat pembuangan akhir, jadi tinggal sisa-sisa dari kota,” jelasnya.
Pendapatan yang tidak menentu tak membuat Kati menyerah. Ia tetap bersyukur atas setiap rupiah yang bisa ia hasilkan. “Intine selalu bersyukur saja,” ujarnya mantap.
Sosok seperti Kati adalah potret nyata ketangguhan perempuan desa. Di tengah kerasnya hidup, ia tetap teguh berdiri, menggantungkan harapan dari hal yang kerap dianggap tak bernilai (sampah red). (Mei)