NGAWI | INTIJATIM.ID – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi, bekerja sama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), menyelenggarakan pelatihan tari bagi guru PAUD dari seluruh kecamatan di Ngawi. Kegiatan ini digelar di Aula Dwija Bhakti, dengan peserta sebanyak empat guru per kecamatan. Jumat (8/8/25)
Pelatihan tersebut merupakan bagian dari upaya mendukung kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Holistik Integratif, yang menekankan pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini.
Kepala Bidang PAUD dan Dikmas, Arsyad Ragandi, menjelaskan bahwa, pelatihan ini memberikan ilmu dan keterampilan tari kepada para guru, agar mereka dapat mengajarkan gerakan tari yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak didik.
“Efeknya, guru kita berikan ilmu dan skill tari, nanti bisa memberikan gerakan-gerakan tari yang sesuai kepada anak didik mereka,” ungkapnya.
Ragandi juga menyebut, sesuai hasil riset menunjukkan kegiatan seni, termasuk tari, memiliki efek signifikan dalam pencegahan stunting. Hal ini sejalan dengan motivasi penyelenggaraan pelatihan.
Pelatihan ini, tambah Ragandi, juga mendukung program pemerintah “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, salah satunya adalah gemar berolahraga dan mencintai budaya. Tari menjadi sarana pendidikan karakter yang efektif pada usia PAUD.
“Melalui tari, anak dilatih bukan hanya fisik, tapi juga karakter, kecintaan terhadap budaya, serta identitas kebangsaan. Ini menjadi benteng dari distraksi digital dan tontonan yang kurang mendidik,” jelasnya.
Gandhi juga menekankan bahwa, tari adalah budaya inklusif yang tidak terikat oleh gender. Oleh karena itu, guru diajak mengenal dan memilih jenis tari yang sesuai dengan karakter dan minat siswa, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam pelatihan ini, guru-guru PAUD dibimbing oleh narasumber Sri Widiyati, seorang maestro tari asal Ngawi. Dengan demikian, pentingnya kreativitas dalam membawakan tarian kepada anak-anak, termasuk laki-laki.
“Guru tidak hanya diajarkan satu model tari, tapi juga cara mengkreasi gerakan yang ramah anak dan sesuai usia. Contohnya, tari Beksan Ngawi Ramah bisa menjadi media ekspresi yang menarik bagi anak laki-laki juga,” tutup Sri Widiyati. (Mei/IJ)