NGAWI | INTIJATIM.ID – Sebanyak 308 pegiat olahraga dari tingkat SD dan SMP se-Kabupaten Ngawi, mengikuti Festival Olahraga Tradisional (FOT), yang digelar dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno. Minggu (29/06/25).
Kegiatan ini merupakan penyelenggaraan ke lima kalinya oleh Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Ngawi, dan diinisiasi oleh UII Yogyakarta.
Festival tahun ini dilaksanakan di luar kebiasaan, yakni pada bulan Juni, sebagai bentuk penghormatan terhadap Hari Lahir Pancasila, wafatnya Bung Karno, serta untuk mengenang jasa Sang Proklamator yang juga Presiden Pertama Republik Indonesia.
Ketua KORMI Ngawi, Yuwono Kartiko, menyampaikan bahwa, terdapat tiga jenis olahraga tradisional yang dipertandingkan dalam festival hari ini, yaitu bakiak, egrang, dan gobak sodor.
“Harapan kami sebenarnya ada lima jenis yang bisa ditampilkan. Namun, untuk sementara sumpitan dan dagongan belum bisa dilaksanakan karena kendala teknis,” ujar Yuwono. (29/06)
Yowono menambahkan, festival ini menjadi bagian dari Bulan Bakti, sebagai pengingat bagi anak-anak akan pentingnya mengenang dan melestarikan budaya serta olahraga tradisional di Indonesia.
“Momentum ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga edukasi, agar anak-anak bisa tetap merdeka dalam bergerak dan mengenal akar budayanya,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Pemkab Ngawi melalui Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora), serta kerja sama berbagai pihak, termasuk DPC PDI Perjuangan, BPJS Ketenagakerjaan, dan sponsor lokal lainnya.
Wakil Ketua KORMI Provinsi Jawa Timur juga turut hadir memberikan apresiasi atas konsistensi KORMI Ngawi dalam menjaga eksistensi olahraga tradisional.
“Dengan rutin menyelenggarakan kegiatan seperti ini, kita memberikan ruang-ruang positif bagi anak-anak. Di era digital ini, penting bagi kita untuk mencari strategi agar mereka tetap aktif secara fisik. Olahraga tradisional sangat cocok karena bisa dilakukan dengan alat sederhana namun tetap menyenangkan,” ungkap Ony Anwar Harsono, Bupati Ngawi, Jawa Timur.
Kepala Disparpora, Wiwien Purwaningsih, menegaskan bahwa, olahraga tradisional bukan hanya kompetisi tetapi juga sarana nostalgia dan pelestarian budaya.
“Festival ini mengenalkan kembali kepada generasi muda tentang permainan yang telah diwariskan turun-temurun, agar mereka tidak melupakannya,” pungkasnya.
Festival ini pun berlangsung dengan penuh antusias dan keceriaan dari para peserta dan penonton. Diharapkan ke depan, semakin banyak jenis olahraga tradisional yang bisa ditampilkan dan terus dilestarikan. (Mei/IJ)